Gurun Sahara Dulunya Apa

Telah berubah selama bertahun-tahun

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Gurun Sahara telah mengalami transformasi yang signifikan sepanjang sejarahnya. Sekitar 5.000 tahun yang lalu, wilayah yang sekarang menjadi Gurun Sahara dikenal sebagai "Sahara Kering" dan memiliki iklim yang jauh lebih lembap daripada saat ini. Padang pasir yang luas ini dulunya merupakan daerah subur dan hijau, dengan sungai-sungai mengalir dan mendukung berbagai macam tumbuhan dan hewan.

Perubahan iklim dan lingkungan terjadi karena pergeseran kemiringan bumi yang lambat, menyebabkan peningkatan suhu dan penurunan curah hujan di wilayah tersebut. Akibatnya, vegetasi dan sumber air berkurang, dan Gurun Sahara yang kita kenal sekarang mulai muncul. Beberapa ilmuwan meyakini bahwa Gurun Sahara memiliki potensi untuk menjadi hijau kembali di masa depan. Konsep ini dikenal sebagai "teori hijau Sahara" yang mencakup ide untuk menghidupkan kembali daerah ini melalui upaya penghijauan dan manajemen air. Namun, rencana semacam itu tentu memerlukan upaya besar dan pemahaman yang mendalam tentang ekosistem dan iklim regional.

Melintasi 10 Negara

Foto: Peta Gurun Sahara (internetgeography.net)

Gurun Sahara mencakup 9,2 juta km².

Dengan luas total 8% dari luas daratan bumi, Sahara melintasi 10 negara.

Negara-negara tersebut adalah Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Nigeria, Sudan, dan Tunisia.

Lebih dari sekedar gurun

Sahara tidak hanya dikenal sebagai gurun pasir, sebagian besar wilayah ini terdiri dari dataran tinggi tandus dan berbatu, dengan elemen tambahan seperti dataran garam, bukit pasir, pegunungan, dan lembah-lembah kering. Sungai dan aliran air di Sahara cenderung bersifat musiman, kecuali untuk Sungai Nil yang tetap mengalir sepanjang tahun. Gurun ini menyimpan lebih dari 20 danau, mayoritas di antaranya adalah danau air asin. Hanya Danau Chad yang menonjol sebagai satu-satunya danau air tawar di Sahara, menambahkan keragaman ekosistem di tengah gurun yang keras ini.

Emi Koussi, dengan ketinggian mencapai 3.415 meter, adalah puncak tertinggi di Sahara dan merupakan gunung berapi yang terletak di Pegunungan Tibesti, Chad. Pegunungan lainnya yang memperkaya lanskap gurun ini termasuk Pegunungan Aïr, Sahara Atlas, Adrar des Iforas, Pegunungan Hoggar, Pegunungan Tibesti, dan perbukitan Laut Merah. Keberagaman topografi ini memberikan Sahara kekayaan visual dan geologis yang menakjubkan, membuktikan bahwa gurun ini lebih dari sekadar lautan pasir yang terbentang luas.

Gurun Sahara adalah gurun yang terletak di Benua Afrika, yang mana meliputi negara Algeria, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Nigeria, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia. Karena begitu luasnya, Gurun Sahara tersebut mencakup lebih dari 30 persen wilayah Benua Afrika. Akan tetapi, tahukah kamu kalau wilayah Sahara tidak selalu berupa gurun. Wilayah tersebut dulunya pernah menjadi wilayah oasis, Sobat Preparizen!

Sebelum SiagaBencana.com membahal lebih lanjut, oasis adalah tempat di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan manusia. Sekitar 11.000 tahun lalu, Gurun Sahara bukanlah wilayah gurun berpasir, melainkan wilayah yang dipenuhi tumbuhan. Bahkan, Gurun Sahara memiliki badan air berupa danau besar seluas 108,779 kilometer persegi.

Nah, kali ini SiagaBencana.com menjelaskan perubahan oasis berubah menjadi gurun seutuhnya.

Perubahan di Wilayah Sahara

Perubahan wilayah Gurun sahara berubah secara alami, teman-teman. Curah hujan di sana tidak pernah tetap karena dipengaruhi oleh perubahan orbit Bumi. Perubahan tersebut juga memengaruhi jumlah energi matahari di Sahara. Semakin banyak energi matahari, semakin sedikit pula hujan yang turun di Gurun Sahara.

Oleh karena itu, iklim di Sahara pun selalu berubah. Perlahan-lahan, iklim di Gurun Sahara berubah antara lembap dan kering selama ribuan tahun. Akan tetapi, sekitar 8.000 – 4.500 tahun yang lalu keadaan itu berubah. Gurun Sahara berubah dari lembap menjadi kering, lebih kering dari biasanya, dan tidak berubah lagi.

Bahkan menurut ilmuwan, iklim kering Sahara yang tidak berubah lagi ini juga dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Para ahli pun menemukan bahwa seiring manusia berpindah di sepanjang wilayah Sahara, tumbuhan di sana semakin berkurang. Salah satu perkiraan ilmuwan adalah manusia menggembala hewan ternak dan hewan ternak tersebut memakan tumbuhan di Sahara secara berlebihan.

Semakin berkurangnya tumbuhan, akhirnya kelembapan semakin berkurang. Sehingga, menyebabkan erosi permukaan tanah dan tumbuhan tidak bisa tumbuh. Akan tetapi, arkeolog juga menemukan bahwa peradaban kuno Afrika sempat mengembalikan kondisi Shara menjadi oasis, tapi tidak berlangsung dalam waktu lama, yakni sekitar tahun 1 – 500 Masehi.

Saat ini, wilayah Gurun Sahara semakin meluas karena disebabkan oleh perubahan alami dan perubahan iklim. Di masa depan, Gurun Sahara mungkin saja menjadi oasis lagi. Namun, manusia juga perlu membantu perubahan itu selain perubahan alami yang bisa terjadi.  (MA)

Apakah Gurun Sahara Bisa 'Hijau' Kembali?

Ilmuwan mengatakan, Gurun Sahara bisa saja hijau kembali. Tapi, emisi gas rumah kaca sepertinya bisa menjadi penghalang.

Gas rumah kaca yang disebabkan manusia menyebabkan perubahan iklim yang tak terkendali. Hasilnya, tidak jelas kapan Sahara akan kembali menjadi padang rumput yang hijau.

Bobo.id - Teman-teman, apakah kamu tahu gurun panas terbesar di dunia adalah Gurun Sahara?

Ya, Gurun Sahara menempati posisi ketiga sebagai gurun terbesar di dunia, setelah gurun dingin di Antartika dan Arktik.

Artinya, jika diurutkan dari seluruh gurun pasir bersuhu panas, Gurun Sahara adalah yang terbesar di dunia.

Memangnya berapa luas Gurun Sahara hingga bisa disebut terbesar? '

Faktanya, luas Gurun Sahara mencapai 9,4 juta kilometer persegi, hampir sepertiga dari luas benua Afrika.

Nah, supaya teman-teman semakin mengenal keunikan dari Gurun Sahara, mari simak fakta menarik berikut ini.

1. Membentang di 11 Negara

Gurun Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di bagian barat, Laut Merah di timur, Laut Mediterania di sebelah utara, dan Sahel Savannah di bagian selatan.

Uniknya, Gurun Sahara luasnya membentang hingga 11 negara, lo. Apa saja negara tersebut?

Baca Juga: 5 Fakta Unik MotoGP, Salah Satunya Miliki Bobot Motor Melebihi Harimau Dewasa

Sebelas negara yang dimaksud antara lain, Aljazair, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Niger, Sahara Barat, Sudan, dan Tunisia.

Keistimewaan geografis dari tempat ini adalah terkenal dengan padang pasirnya yang luas.

Meskipun gurun ini dikenal dengan kelangkaan air di wilayahnya, terdapat dua sungai permanen yaitu Sungai Nil dan Sungai Niger.

2. Spesies yang Tinggal di Sahara

Dilansir dari Live Science dan menurut World Wildlife Fund, terdapat 500 spesies tumbuhan, 70 spesies mamalia, 90 spesies burung, dan 100 spesies reptil yang hidup di Gurun Sahara.

Seperti yang ada di pikiran banyak orang, hewan yang paling ikonik dari Gurun Sahara adalah unta.

Unta dijinakkan sekitar 3.000 tahun yang lalu di Semenanjung Arab bagian tenggara, sebagai transportasi di padang pasir.

Unta beradaptasi dengan baik di lingkungan gurun Sahara yang gersang dan panas.

Punuk unta berfungsi untuk menyimpan lemak, yang dapat digunakan sebagai energi dan hidrasi pada saat unta tidak makan.

Baca Juga: 5 Fakta Unik MotoGP, Salah Satunya Miliki Bobot Motor Melebihi Harimau Dewasa

3. Pernah Berwarna Hijau

Saat ini, jika kita melihat foto dan video tentang Gurun Sahara, maka penampakan lingkungannya berwarna merah kecokelatan.

Itu karena Gurun Sahara adalah padang pasir yang kering dan gersang.

Namun, tahukah kamu sekitar 11.000 dan 5.000 tahun yang lalu, Gurun Sahara pernah ditumbuhi tanaman hijau di bukit pasirnya.

Peristiwa ini terjadi setelah zaman es terakhir berakhir. Curah hujan di Sahara juga meningkat, sehingga gua yang tadinya gersang bisa menjadi danau.

Sekitar 9 juta kilometer persegi wilayah Afrika Utara berubah menjadi hijau, yang dipenuhi rerumputan dan semak yang subur.

4. Pernah Diselimuti Salju

Selain pernah berubah menjadi padang rerumputan berwarna hijau, ternyata Gurun Sahara juga pernah diselimuti salju, lo.

Pada 13 Januari 2021, terlihat permukaan Gurun Sahara diselimuti oleh salju dengan suhu yang sangat dingin, bahkan berada di bawah titik beku.

Baca Juga: Punya Telinga yang Besar, Ini 5 Fakta Menarik dari Keledai yang Mirip dengan Kuda

Diketahui, saat itu salju yang menutupi permukaan Gurun Sahara berada pada suhu minus 3 derajat Celcius.

Meski salju di gurun pasir bersuhu panas adalah hal yang tidak biasa, permukaan Gurun Sahara yang tertutup salju ternyata bukan terjadi pertama kalinya, lo.

Tahun 2021 ini terhitung sudah empat kali Gurun Sahara tertutup salju. Wah, tidak disangka, ya!

5. Iklimnya Berubah 20.000 Tahun Sekali

Gurun pasir Sahara yang bisa berubah menjadi hijau atau diselimuti salju membuat kita menjadi penasaran, apa yang terjadi dengan iklim Sahara?

Perubahan iklim yang terjadi di gurun Sahara ini diteliti oleh para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Penelitian dilakukan dengan menganalisis debu yang ada di pesisir Afrika Barat selama 240.000 tahun terakhir.

Hasilnya, iklim di Gurun Sahara selalu berubah-ubah antara basah dan kering setiap 20.000 tahun sekali.

Ini disebabkan oleh sumbu Bumi yang berubah ketika mengorbit Matahari, sehingga memengaruhi persebaran cahaya antarmusim di sana.

Nah, itulah 5 fakta menarik tentang Gurun Sahara, teman-teman.

Hewan apakah yang paling ikonik di Gurun Sahara?

Petunjuk: Cek di halaman 2!

Tonton video ini, yuk!

Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.

Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan

Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

AIA Healthiest Schools Dukung Sekolah Jadi Lebih Sehat Melalui Media Pembelajaran dan Kompetisi

Gurun Sahara, sebuah lanskap yang memikat dan menakjubkan yang telah menjadi sumber keajaiban alam yang mengejutkan selama ribuan tahun. Meskipun dikenal sebagai salah satu gurun terbesar di dunia, masih ada fakta menarik yang sering terlupakan di balik kilauannya yang gersang dan luas. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam untuk mengungkap 7 fakta menarik tentang Gurun Sahara yang mungkin belum pernah Anda ketahui sebelumnya. Bersiaplah untuk menjelajahi keindahan dan keunikan gurun yang mencakup wilayah yang jauh lebih luas daripada sekadar ukurannya.

Bukan gurun terluas di Bumi

Gurun Sahara sering dianggap sebagai gurun terluas dan terpanas di dunia. Namun, jika kriteria diukur berdasarkan curah hujan tahunan rata-rata kurang dari 250 milimeter, maka Gurun Antartika memenuhi syarat sebagai gurun terbesar di dunia. Hal ini karena Gurun Antartika memiliki luas sekitar 14,2 juta kilometer persegi, sedangkan Gurun Sahara hanya memiliki luas sekitar 8,6 juta kilometer persegi.

Gurun Antartika adalah benua yang ditutupi oleh lapisan es yang luas, dan sebagian besar wilayahnya jarang sekali menerima curah hujan. Beberapa daerah di Antartika, seperti McMurdo Dry Valleys, diyakini tidak menerima curah hujan sama sekali dalam rentang waktu 14 juta tahun. Kondisi ini menjadikan Gurun Antartika sebagai gurun terluas di dunia, meskipun karakteristiknya sangat berbeda dengan gurun panas yang kering. Meskipun kondisinya berbeda dengan gurun panas yang kering, Gurun Antartika dengan kekeringan dan suhu ekstremnya membuktikan bahwa karakteristik gurun dapat ditemui di berbagai bentuk dan lingkungan di seluruh dunia. Gurun Antartika adalah contoh nyata bahwa gurun tidak selalu identik dengan gurun pasir yang kering dan panas.

Gurun Sahara adalah salah satu gurun paling ikonik di dunia. Dengan luasnya yang sangat besar dan karakteristiknya yang unik, gurun ini telah menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah manusia. Meskipun sering dianggap sebagai gurun terluas di dunia, Gurun Sahara ternyata bukanlah yang terbesar. Namun, hal ini tidak mengurangi keistimewaan gurun ini, dan justru menjadikannya semakin menarik untuk dipelajari.

Baca Juga: 5 Hewan Unik yang Hidup di Gurun Sahara, Ada Hewan Berbahaya!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Schoolmedia News, Aljazair – Jika mendengar nama Gurun Shara pasti yang ada dibenak kita adalah padang pasir yang kering dan panas. Gurun Sahara adalah padang pasir kering terbesar dunia. Gurun ini juga menjadi salah satu destinasi menarik dunia. Nama Sahara berasal dari bahasa Arab, Sahara. Artinya sendiri adalah padang pasir. Sahara membentang di utara Afrika dengan segala keunikannya.

Namun pernahkah kamu melihat Gurun Sahara bersalju? Gurun Sahara diselimuti salju dengan suhu di bawah titik beku pada 13 Januari 2021. Dikutip dari New York Post, Jumat (29/1/2020) 18 Januari 2021, salju juga turun di dekat kota gurun Ain Sefra di Aljazair pada minggu ini. Seorang fotografer, Karim Bouchetata, mengambil foto luar biasa dari es yang menutupi pasir di kota kecil Gurun Sahara.

Peristiwa langka itu terjadi keempat kalinya dalam 42 tahun terakhir di Gurun Sahara yang meliputi area seluas 3.600.000 mil persegi, hampir seluas Amerika Serikat. Insiden hujan salju pertama di kota gurun Sahara Ain Sefra tercatat pada tahun 1979, diikuti pada Desember 2016 dan Januari 2018 ketika gurun tersebut dilaporkan tertutup salju setinggi 16 inci.

Baca juga: Kisah William Lei Ding Dirikan NetEase dengan 3 Karyawan

Foto yang diambil oleh fotografer Aljazair, Karim Bouchetata di atas, menunjukkan pola unik di bukit pasir yang dipenuhi salju. Foto inilah yang kemudian menjadi viral. Ia menggambarkannya sebagai "lukisan embun beku" yang indah di bukit pasir, yang dapat disaksikan di kota Ain Sefra, Provinsi Naâm. Ia pula yang mendokumentasikan hujan salju pada 7 Januari 2018 yang saat itu menjadi viral.

Kota Ain Sefra juga dikenal sebagai "Gerbang Menuju Gurun", karena berada sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh Pegunungan Atlas. Dilansir dari Indian Express , penduduk setempat dikejutkan karena suhu minggu lalu turun menjadi -3 celcius. Sementara itu, di Arab Saudi, Al Arabiya melaporkan bahwa penduduk setempat juga dikejutkan dengan hujan salju di wilayah Asir di barat daya Arab Saudi, tepatnya di Gubernuran Balsamer, setelah 50 tahun fenomena tersebut pernah terjadi.

Menurut situs resmi kantor berita Saudi Press SPA, bagian utara wilayah Tabuk di Kerajaan Arab Saudi, juga menyaksikan "gelombang kutub" pada minggu lalu. Hal tersebut juga menimbulkan hujan salju lebat. Orang-orang di media sosial mulai membagikan foto mereka sedang membangun manusia salju dan duduk di dekat api di gurun yang tertutup salju, di atas dataran yang sangat dingin.

SAHARA adalah gurun panas yang membentang sepanjang Afrika Utara. Panjangnya sekitar 3.000 mil dan membentang dari Laut Merah di timur hingga Samudra Atlantik di barat. Sahara berbatasan di utara dengan Laut Mediterania dan Sahel di selatan.

Ada apa saja di gurun yang panas itu? Dilansir dari Britannica, vegetasi Sahara umumnya jarang. Konsentrasi rerumputan, semak, dan pepohonan tersebar di dataran tinggi, cekungan oasis, dan sepanjang wadi.

Berbagai halofit atau tanaman toleran garam ditemukan di cekungan garam. Beberapa rerumputan, herba, semak kecil, dan pepohonan yang tahan terhadap panas dan kekeringan ditemukan di dataran tinggi Sahara yang kurang mendapat air. Vegetasi Sahara sangat penting karena banyak adaptasi yang tidak biasa terhadap curah hujan yang tidak dapat diandalkan.

Baca juga : Badai Hujan Hijaukan Gurun Sahara

Hal itu terlihat secara beragam dalam morfologi, termasuk struktur akar, berbagai adaptasi fisiologis, preferensi lokasi, hubungan ketergantungan dan afinitas, serta strategi reproduksi.

Ternyata ada juga tumbuhan berkayu peninggalan dataran tinggi Sahara yang menonjol. Sebut saja, spesies pohon zaitun, cemara, dan damar wangi. Tanaman berkayu lain yang ditemukan di dataran tinggi dan tempat lain di gurun termasuk spesies Akasia dan Artemisia, palem doum, oleander, kurma, dan thyme.

Rumput yang tersebar luas di Sahara antara lain spesies Aristida, Eragrostis, dan Panicum. Aeluropus littoralis dan rumput toleran garam lain ditemukan di sepanjang pantai Atlantik. Berbagai kombinasi ephemeral membentuk padang rumput musiman penting yang disebut acheb.

Baca juga : Urutan Takson Tumbuhan dan Hewan dari Kelompok Terbesar ke Terkecil

Pada abad ke-21, pengakuan bahwa Sahara dan wilayah perbatasannya di selatan, Sahel, semakin mengarah ke selatan karena penggurunan memunculkan upaya untuk menghentikan pergerakan tersebut. Adapun yang paling menonjol ialah Tembok Hijau Besar untuk Inisiatif Sahara dan Sahel.

Gagasan yang mendasari lahirnya inisiatif ini pertama kali dicetuskan pada 2005 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan bantuan dari Uni Afrika dan organisasi internasional lain. Hal ini mencakup rencana untuk menanam pohon-pohon asli yang tahan kekeringan di wilayah seluas 9 mil dari tepi barat hingga tepi timur benua tersebut, sehingga menciptakan penghalang untuk menjaga gurun agar tidak merambah lebih lanjut ke selatan lahan tersebut.

Fauna tropis peninggalan Sahara utara termasuk ikan lele tropis dan kromida yang ditemukan di Biskra, Aljazair, dan oasis terpencil di Sahara; kobra dan buaya kerdil mungkin masih ada di daerah aliran sungai terpencil di Pegunungan Tibesti.

Baca juga : Republik Islam Iran Sejarah Singkat, Agama, Daratan, dan Iklim

Sementara yang lebih tidak kentara yaitu hilangnya spesies yang beradaptasi dengan baik dan lebih mudah bergerak akibat senjata api canggih dan perusakan habitat yang dilakukan manusia. Gajah Afrika Utara punah pada zaman Romawi. Singa, burung unta, dan spesies lain ditemukan di pinggiran utara gurun tersebut pada akhir 1830.

Addax terakhir di Sahara utara dibunuh pada awal 1920-an. Penyusutan serius antelop ini juga terjadi di pinggiran selatan dan di pegunungan tengah.

Di antara spesies mamalia yang masih ditemukan di Sahara ialah gerbil, jerboa, cape hare, dan landak gurun, domba barbar dan kijang bertanduk pedang, dorcas gazelle, rusa dama, dan keledai liar Nubia, babon anubis, hyena tutul, serigala biasa dan rubah pasir, serta musang belang libia dan luwak ramping.

Baca juga : Sejarah Penguin Puluhan Juta Tahun Lalu yang Dapat Terbang

Kehidupan burung di Sahara melebihi 300 spesies. Zona pesisir dan perairan pedalaman menarik banyak spesies burung air dan pantai. Di antara spesies yang ditemui di daerah pedalaman ialah burung unta, berbagai raptor burung sekretaris, ayam guinea dan bustard Nubia, burung hantu elang gurun dan burung hantu gudang, burung pasir, dan martin karang pucat dan burung gagak berleher cokelat dan berekor kipas.

Katak, kodok, dan buaya hidup di danau dan kolam Sahara. Kadal, bunglon, kadal, dan ular kobra ditemukan di antara bebatuan dan bukit pasir. Danau dan kolam di Sahara juga mengandung ganggang dan udang air asin serta krustasea lain.

Berbagai siput yang menghuni gurun merupakan sumber makanan penting bagi burung dan hewan. Siput gurun bertahan hidup melalui aestivasi atau dormansi, sering kali tidak aktif selama beberapa tahun sebelum dihidupkan kembali oleh curah hujan.

Baca juga: Ada Berapa Benua di Dunia Ini Penjelasannya

Meskipun seluas Amerika Serikat, Sahara diperkirakan hanya dihuni sekitar 2,5 juta jiwa. Kawasan yang luas sepenuhnya kosong, tetapi terdapat sedikit vegetasi yang dapat mendukung hewan penggembalaan atau sumber air yang dapat diandalkan, kelompok penduduk yang tersebar dapat bertahan hidup dalam keseimbangan ekologi yang rapuh dengan salah satu lingkungan paling keras di bumi.

Jauh sebelum sejarah tercatat, Sahara jelas lebih banyak dihuni. Artefak batu, fosil dan seni cadas, tersebar luas di wilayah yang kini terlalu kering untuk dihuni, mengungkap keberadaan manusia di masa lalu, serta hewan buruan, termasuk antelop, kerbau, jerapah, gajah, badak, dan babi hutan.

Tombak tulang, kumpulan cangkang, dan sisa-sisa ikan, buaya, dan kuda nil dikaitkan dengan permukiman prasejarah di sepanjang tepi danau Sahara kuno. Di antara beberapa kelompok, perburuan dan penangkapan ikan tunduk pada penggembalaan nomaden, setelah hewan peliharaan muncul di Sahara hampir 7.000 tahun yang lalu.

Baca juga: Pengertian Benua dan Awal Mula serta Perbedaan Jumlahnya

Kelompok penggembala ternak di wilayah Tenere di Niger diyakini berasal dari leluhur Berber atau leluhur Zaghawa. Domba dan kambing tampaknya diperkenalkan oleh kelompok yang terkait dengan budaya Capsian di Afrika timur laut.

Bukti langsung mengenai pertanian pertama kali muncul sekitar 6.000 tahun yang lalu dengan budi daya jelai dan gandum emmer di Mesir. Ini tampaknya diperkenalkan dari Asia.

Bukti domestikasi tanaman asli Afrika pertama kali ditemukan pada tembikar sekitar 1000 SM yang ditemukan di Mauritania. Para penggarap telah dikaitkan dengan Gangara, nenek moyang Soninke modern.

Baca juga: 10 Negara Pertama Akui Kemerdekaan Indonesia

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa Sahara semakin banyak dihuni oleh beragam populasi dan domestikasi tumbuhan dan hewan mengarah pada spesialisasi pekerjaan. Meskipun kelompok-kelompok tersebut hidup terpisah, kedekatan permukiman menunjukkan ada peningkatan saling ketergantungan ekonomi.

Perdagangan luar negeri juga berkembang. Tembaga dari Mauritania telah sampai ke peradaban Zaman Perunggu di Mediterania pada milenium ke-2 SM. Perdagangan semakin intensif dengan munculnya peradaban Zaman Besi di Sahara pada abad ke-1 SM, termasuk peradaban yang berpusat di Nubia.

Mobilitas pengembara yang lebih besar memfasilitasi keterlibatan mereka dalam perdagangan trans-Sahara. Meningkatnya kekeringan di Sahara terlihat pada peralihan dari sapi dan kuda ke unta.

Baca juga: Perayaan Maulid Nabi di Mekah Zaman Dulu

Meskipun unta sudah digunakan di Mesir pada abad ke-6 SM, keunggulan mereka di Sahara baru muncul pada abad ke-3 Masehi. Penghuni oasis di Sahara semakin menjadi sasaran serangan Sanhaja dan pengembara menunggang unta lain. Banyak dari mereka memasuki gurun untuk menghindari anarki dan peperangan pada akhir periode Romawi di Afrika Utara.

Banyak penghuni oasis yang tersisa, di antaranya Haratin, ditaklukkan oleh para pengembara.

Ekspansi Islam ke Afrika Utara antara abad ke-7 dan ke-11 mendorong tambahan kelompok Berber serta kelompok Arab yang ingin mempertahankan kepercayaan tradisional untuk pindah ke Sahara. Islam akhirnya berkembang melalui jalur perdagangan menjadi kekuatan sosial yang dominan di gurun pasir.

Meskipun terdapat keragaman budaya yang besar, masyarakat Sahara cenderung dikategorikan sebagai penggembala, petani menetap, atau spesialis seperti pandai besi, penggembala, dan petani. Pastoralisme, yang sampai taraf tertentu selalu nomaden, terjadi di tempat yang padang rumputnya terbatas, seperti di daerah marginal, di perbatasan pegunungan, dan di wilayah barat yang sedikit lembap.

Baca juga: Tiga Ulama Indonesia yang Menjadi Imam Masjidil Haram

Sapi muncul di sepanjang perbatasan selatan dengan Sahel. Namun domba, kambing, dan unta ialah makanan andalan di gurun pasir. Kelompok pastoral utama termasuk Regeibat di barat laut Sahara dan Chaamba di Sahara Aljazair utara. Secara struktur hierarki, kelompok pastoral yang lebih besar dulu mendominasi gurun.

Peperangan dan penggerebekan merupakan hal yang mewabah dan pada periode kekeringan terjadi migrasi besar-besaran untuk mencari padang rumput yang mengakibatkan hilangnya banyak hewan. Suku Tuareg terkenal karena sifat suka berperang dan kemandirian mereka. Meskipun beragama Islam, mereka tetap menganut organisasi matriarkal dan perempuan Tuareg memiliki tingkat kebebasan yang luar biasa.

Kelompok Moor di sebelah barat dulu memiliki konfederasi suku yang kuat. Suku Teda, dari Tibesti dan daerah perbatasan selatannya, sebagian besar ialah penggembala unta yang terkenal karena kemandirian dan ketahanan fisik mereka.

Baca juga: 13 Tokoh Penjelajah Samudra pada Abad Pertengahan

Di gurun pasir, pekerjaan menetap terbatas pada oasis. Irigasi hanya memungkinkan penanaman kurma, delima, dan pohon buah-buahan lain secara terbatas. Budi daya dilakukan di kebun kecil yang dikelola dengan banyak tenaga kerja tangan. Irigasi memanfaatkan aliran sungai sementara di daerah pegunungan, kolam permanen, foggaras, mata air, dan sumur.

Beberapa air tanah dangkal bersifat artesis, tetapi sering kali diperlukan alat pengangkat air. Metode kuno seperti shadoof dan noria yang digerakkan oleh hewan digantikan oleh pompa bermotor di oasis yang lebih mudah diakses.

Ketersediaan air sangat membatasi perluasan oasis dan di beberapa wilayah penggunaan air yang berlebihan menyebabkan penurunan permukaan air secara serius. Salinisasi tanah akibat penguapan yang sangat besar dan penguburan dengan pasir yang merambah merupakan bahaya lebih lanjut.

Baca juga: Sekilas Penjelajahan Ibnu Batutah

Selama abad dominasi kolonial atas Sahara, yang berlangsung dari pertengahan abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, hanya terdapat sedikit perubahan mendasar, kecuali pengamanan militer, kekuatan kolonial tidak begitu tertarik pada pembangunan ekonomi di wilayah yang tampaknya tidak menjanjikan. Namun, setelah Perang Dunia II, penemuan minyak khususnya menarik minat dan investasi internasional.

Dalam beberapa tahun penemuan besar telah dilakukan, khususnya di bidang sumber daya mineral. Mineral logam punya kepentingan ekonomi yang cukup besar. Aljazair memiliki beberapa simpanan besar bijih besi dan cadangan di Gunung Ijill, Mauritania bagian barat, sangat besar atau simpanan yang kurang luas telah ditemukan di Mesir, Tunisia, Maroko, Sahara Barat, dan Niger.

Dekat Akjoujt, di barat daya Mauritania, terdapat sejumlah besar bijih tembaga. Deposit mangan yang luas terjadi di selatan Bechar, Aljazair. Uranium tersebar luas di Sahara dan sangat penting di Niger.

Baca juga: Benua Asia Letak, Luas, dan Negara-Negara di Dalamnya

Sejumlah besar mineral penting secara ekonomi lain ditemukan di wilayah Ahaggar, Air, Tibesti, dan Eglab. Deposit fosfat yang kaya terdapat di Maroko dan Sahara Barat serta deposit lebih kecil ditemukan di tempat lain.

Sumber daya bahan bakar meliputi batu bara, minyak, dan gas alam. Sumber batu bara termasuk lapisan antrasit di Maroko dan ladang bitumen dekat Béchar. Menyusul penemuan minyak di dekat In-Salah, Aljazair, setelah Perang Dunia II, cadangan besar telah ditemukan di Gurun Barat Mesir, Libia timur laut, dan Aljazair timur laut.

Cadangan kecil terdapat di Tunisia dan Maroko, serta di Chad, Niger, dan Sudan di selatan. Deposit serpih minyak juga telah ditemukan di Sahara. Ladang gas alam utama dieksploitasi di Aljazair dan Mesir serta ladang gas kecil terdapat di Libia dan Tunisia.

Sebagai hasil dari eksplorasi geologi dan minyak, cadangan air bawah tanah dalam jumlah besar juga ditemukan di sejumlah cekungan sedimen, terutama dalam formasi batupasir. Beberapa air yang dapat diperoleh kembali juga terdapat dalam formasi pasir permukaan. Namun, perkembangan ekonomi di gurun pasir memberikan kesulitan yang sangat besar dan tidak mengubah Sahara tradisional.

Ekstraksi minyak dan bijih telah membawa teknologi modern dan komunikasi yang lebih baik ke lokasi-lokasi yang tersebar. Namun kegiatan-kegiatan tersebut memberikan peluang terbatas bagi lapangan kerja lokal. Meskipun pendapatan dari minyak menawarkan sarana untuk pengembangan gurun, keuntungan yang lebih cepat dan menarik dari wilayah pesisir yang berpenduduk cenderung menjadi prioritas.

Air bawah tanah menawarkan kemungkinan pengembangan besar baik di bidang pertanian maupun industry. Namun eksploitasi dalam skala besar akan memakan biaya yang besar. Eksploitasi besar-besaran juga akan mengakibatkan penipisan yang progresif dan perubahan hidrologis dapat meningkatkan ancaman wabah belalang, karena belalang berkumpul dalam kelompok ketika persediaan makanan terbatas, berkembang biak, dan kemudian menempati wilayah yang lebih luas ketika kondisi membaik.

Masyarakat gurun hanya mendapat sedikit manfaat dari eksploitasi mineral bahkan mungkin justru sebaliknya. Menurunnya penggembalaan nomaden, yang dimulai dengan pengamanan, telah dipercepat dengan perubahan kondisi ekonomi dan kebijakan pemukiman resmi. Degradasi lingkungan yang meluas semakin mendorong perpindahan kaum nomaden ke oasis dan kota. Ini mengakibatkan kepadatan penduduk dan kemiskinan.

Upah yang tinggi di ladang minyak menarik tenaga kerja, tetapi mengganggu kehidupan tradisional serta lapangan pekerjaan relatif sedikit dan tidak permanen. Dari produk-produk tradisional gurun hanya kurma yang memiliki kepentingan komersial yang besar. Pekerjaan di bidang industri untuk mengurangi pengangguran yang semakin meningkat masih belum menghasilkan banyak kemajuan.

Pada awal abad ke-21, proyek-proyek energi terbarukan, khususnya yang berfokus pada tenaga angin dan surya, terus dikembangkan dan berpotensi menyediakan energi yang cukup untuk memungkinkan negara-negara di kawasan ini memproduksi dan memproses barang-barang secara lokal, sehingga akan menjadi keuntungan bagi perekonomian mereka. Namun, proyek energi terbarukan terhambat oleh faktor-faktor seperti iklim gurun yang keras, kurangnya air untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan, biaya keseluruhan yang terlalu tinggi untuk melakukan hal tersebut dan masalah keamanan.

Pariwisata telah berkembang pesat sejak pertengahan abad ke-20. Meskipun demikian, kesulitan transportasi dan penyediaan akomodasi telah membatasi pariwisata di pinggiran Sahara.

Secara tradisional, perjalanan di Sahara dilakukan dengan karavan unta dan lambat, sulit, serta berbahaya. Selain bahaya tersesat, panas berlebih, badai pasir yang menyesakkan, dan kematian karena kelaparan ditambah lagi dengan serangan perampok. Meskipun demikian, perdagangan trans-Sahara sepanjang rute karavan yang menghubungkan oasis telah bertahan sejak awal.

Sebagian besar rute utama berada di sebelah barat Pegunungan Tibesti dan cenderung bergeser seiring berjalannya waktu, meskipun rute paling timur digunakan terus menerus melalui berabad-abad. Di sebelah timur Pegunungan Tibesti terdapat sedikit oasis, tetapi darb al-arbain di sebelah barat Sungai Nil, dulunya merupakan jalur budak.

Emas, gading, Budak, dan garam merupakan barang perdagangan utama pada masa-masa sebelumnya. Namun saat ini karavan unta hampir berhenti, kecuali sisa perdagangan garam dari Gunung Ijill, Bilma, dan Taoudenni, Mali.

Jalur utama tetap digunakan oleh truk bermotor yang dilengkapi peralatan khusus dan sering kali melakukan konvoi. Jalan raya modern telah diperluas lebih jauh di sepanjang jalur perdagangan kuno menuju gurun.

Di luar jalur utama, jaringan jalur yang dikenali dapat dilalui kendaraan bermotor dengan hati-hati. Namun di gurun terbuka, kendaraan roda empat sangatlah penting dengan setidaknya dua kendaraan, cadangan yang cukup, dan persediaan darurat berupa bahan bakar, makanan, dan air dalam jumlah besar, terutama di musim panas, ketika peraturan khusus berlaku bagi semua pelancong.

Di wilayah yang luas, peta tidak memadai dan metode navigasi mungkin diperlukan. Untuk melengkapi perjalanan darat, banyak layanan udara internasional melintasi Sahara dengan penerbangan terjadwal, sementara layanan lokal menghubungkan pusat-pusat utama yang dihuni satu sama lain. Pembangunan perkeretaapian masih terbatas.

Catatan klasik menggambarkan Sahara seperti sekarang. Orang Mesir hanya menguasai oasis di dekatnya dan kadang-kadang menguasai wilayah di selatan. Sementara orang Kartago rupanya melanjutkan hubungan komersial dengan interior yang telah terjalin selama Zaman Perunggu.

Herodotus menggambarkan penyeberangan gurun oleh ekspedisi Berber pada abad ke-5 SM dan ketertarikan Romawi terhadap Sahara didokumentasikan dalam serangkaian ekspedisi antara tahun 19 SM dan 86 M. Deskripsi Sahara dalam karya Strabo, Pliny the Elder, dan Ptolemy mencerminkan meningkatnya minat terhadap gurun.

Eksplorasi geografis, yang disponsori oleh Abbasids, Faimids, Mamluk, dan istana lain di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol Moor, tersebar luas selama periode abad pertengahan. Deskripsi Sahara terdapat dalam karya banyak penulis Arab, termasuk al-Yaqubi, ash-Sharif al-Idrisi, dan Ibn Battutah.

Wisatawan abad pertengahan dengan motif keagamaan dan komersial berkontribusi lebih jauh pada pemahaman tentang Sahara dan masyarakatnya. Atlas Catalan karya Abraham Cresque, yang diterbitkan untuk Charles V dari Prancis sekitar 1375, memperbarui minat orang Eropa terhadap gurun. Atlas tersebut berisi informasi berdasarkan pengetahuan para pedagang Yahudi yang aktif di Sahara.

Penerbitannya diikuti oleh periode aktivitas intens Portugis, Venesia, Genoa, dan Florentine di sana. Yang paling terdokumentasi dengan baik ialah perjalanan penjelajah abad ke-15 seperti Alvise Cada Mosto, Diogo Gomes, dan Pedro de Sintra.

Meningkatnya minat terhadap Sahara di Eropa utara tercermin dalam perjalanan dan tulisan ahli geografi Belanda abad ke-17 Olfert Dapper. Penjelajahan Sahara oleh bangsa Eropa berikutnya sebagian besar karena ketertarikan pada jalur air utama di pedalaman Afrika dimulai dengan sungguh-sungguh pada abad ke-19.

Upaya menentukan arah Sungai Niger membawa penjelajah Inggris Joseph Ritchie dan George Francis Lyon ke daerah Fezzan pada 1819. Pada 1822, penjelajah Inggris Dixon Denham, Hugh Clapperton, dan Walter Oudney berhasil melintasi gurun dan menemukan Danau Chad.

Penjelajah Skotlandia Alexander Gordon Laing menyeberangi Sahara dan mencapai kota Timbuktu yang terkenal pada 1826, tetapi dia terbunuh di sana sebelum dia dapat kembali. Penjelajah Prancis Rene Caillie, yang menyamar sebagai orang Arab, kembali dari kunjungannya ke Timbuktu dengan melintasi Sahara dari selatan ke utara pada 1828.

Ekspedisi penting lain dilakukan oleh ahli geografi Jerman Heinrich Barth sepanjang 1849–1855, penjelajah Perancis Henri Duveyrier (1859–1862), dan penjelajah Jerman Gustav Nachtigal (1869–1875), dan Gerhard Rohlfs (1862–1878). Setelah pendudukan militer di Sahara oleh berbagai kekuatan kolonial Eropa, eksplorasi yang lebih rinci dilakukan. Pada akhir abad ke-19 ciri-ciri utama gurun telah diketahui.

Kegiatan politik, komersial, dan ilmiah yang dimulai pada abad ke-20 meningkatkan pengetahuan tentang Sahara secara signifikan, meskipun wilayah gurun yang luas masih terpencil. (Fer/Z-2)

Bobo.id - Teman-teman tentu sudah tidak asing dengan Gurun Sahara. Yap, gurun yang terkenal panas dan gersang.

Diketahui, Sahara adalah gurun terpanas di dunia, yang dikenal dengan salah satu iklim paling keras di Bumi ini.

Sebab, suhu rata-rata tahunan 30 derajat celcius dan suhu tertinggi pernah mencapai 58 derajat celcius pada 1922.

Curah hujanya pun sedikit. Bahkan, sebagian wilayah Gurun Sahara mengalami kurang dari 1 inci hujan tiap tahun!

Hal inilah yang membuat Sahara terlihat berwarna cokelat dalam citranya. Sebab, di sana hanya terdapat pasir.

Namun kini, padang pasir gersang itu diselimuti oleh banyak tanaman hijau. Bahkan, citra wilayahnya jadi hijau, lo.

Hmm, kira-kira apa penyebab Gurun Sahara yang semula kering jadi ditumbuhi banyak tanaman, ya? Cari tahu, yuk!

Penyebab Gurun Sahara Menghijau

Meski curah hujan di sebagian wilayah Gurun Sahara sangat sedikit, bukan berarti di sana tidak bisa tejadi hujan.

Bersumber dari Kompas.com, Gurun Sahara sering dilanda hujan pada Juli-September saat musim hujan Afrika Barat tiba.

Fenomena ini ditandai dengan peningkatan cuaca badai saat udara tropis lembap bertemu dengan udara panas.

Baca Juga: Selain Gurun Sahara, Inilah Daftar Gurun Panas di Bumi yang Perlu Kamu Tahu

Disebutkan bahwa cuaca badai bergeser ke utara khatulistiwa saat musim panas di belahan Bumi bagian utara.

Sebaliknya, badai akan bergeser ke selatan khatulistiwa saat bulan hangat di belahan Bumi selatan, teman-teman.

Meski begitu, data dari NOAA menunjukkan ada pergeseran zona badai jadi lebih ke utara sejak pertengahan Juli.

Peneliti menyebut, perubahan ini terjadi karena pergantian El Nino ke La Nina dan karena ada pemasaN Bumi.

Hal inilah yang kemudian membuat badai muncul di Sahara selatan, sebagian Niger, Chad, Sudan, dan utara Libya.

Kemunculan badai ini bikin wilayah Gurun Sahara menjadi 2-6 kali lebih basah daripada kondisi seharusnya.

Karena adanya badai dengan curah hujan yang tinggi, jadi banyak bermunculan tanaman hijau di Gurun Sahara.

O iya, jurnal Nature menyebut kalau pergeseran zona badai ke utara akan sering terjadi di tahun mendatang.

Penyebabnya adalah kadar karbon dioksida dari polusi bahan bakar fosil meningkat dan suhu Bumi menghangat.

Untuk itu, kalau beberapa tahun mendatang, Gurun Sahara terlihat menghijau, jangan kaget lagi, ya. Hihi.

Gurun Sahara Menghijau, Jadi Tanda Apa?

Baca Juga: Mengenal Emi Koussi, Fenomena Alam Puncak Tertinggi di Kawasan Sahara

Kalau gurun yang biasanya gersang dan kering kini terlihat menghijau, kita patut mempertanyakan apa yang salah.

Ternyata, gurun Sahara yang menghijau jadi tanda adanya gangguan iklim yang terjadi di beberapa negara Afrika.

Negara yang seharusnya dapat banyak curah hujan justru mendapat lebih sedikit curah hujan. Begitu pun sebaliknya.

Misalnya, sebagian wilayah Nigeria dan Kamerun biasanya diguyur hujan 20-30 inci per hari dari Juli hingga September.

Namun, kedua negara itu kini hanya menerima 50-80 persen dari curah hujan normal sejak pertengahan Juli kemarin.

Sebaliknya, wilayah yang biasanya kering justru menerima lebih dari 400 persen curah hujan dari kondisi normalnya.

Bersumber dari Kompas.com, kondisi cuaca ini menyebabkan banjir dahsyat di Chad, Sudan, dan juga Niger, lo.

Peneliti Karsten Haustein mengungkapkan, banjir di Afrika dan gurun menghijau berkaitan dengan perubahan iklim.

Perubahan iklim membuat Bumi menghangat hingga bisa menahan banyak uap air. Hal ini picu musim hujan basah.

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan seberapa besar peran perubahan iklim pada fenomena alam di Afrika.

Nah, itulah informasi tentang perubahan Gurun Sahara yang semula kering menjadi menghijau. Semoga bisa bermanfaat!

(Editor: Heni Widiastuti)

Berapa suhu tertinggi di Gurun Sahara?

Petunjuk: cek di halaman 1!

Lihat juga video ini, yuk!

Ingin tahu lebih banyak tentang pengetahuan seru lainnya, dongeng fantasi, cerita bergambar, cerita misteri, dan cerita lainnya? Teman-teman bisa berlangganan Majalah Bobo.

Untuk berlangganan, teman-teman bisa mengunjungi Gridstore.id.

Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan

Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Belajar Empati dengan Berbagi, SPK Jakarta Nanyang School Kunjungi Panti Asuhan Desa Putera

TEMPO.CO, Jakarta - Gurun Sahara salah satu padang pasir terbesar di dunia. Mengutip Britannica, luas Gurun Sahara dari timur ke barat sekitar 4.800 kilometer dan 172.000 kilometer membentang dari utara ke selatan. Gurun Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di bagian barat, Laut Merah di timur, Pegunungan Atlas dan Laut Mediterania di bagian utara, dan wilayah vegetasi, Sahel di sisi selatan.

Apa saja fakta tentang Gurun Sahara?

1. Daerah tertinggi dan terendah

Mengutip dari ThoughtCo, puncak tertinggi Gurun Sahara adalah Emi Koussi, gunung berapi yang tingginya 3.415 meter yang menjadi bagian dari Pegunungan Tibesti di wilayah Chad. Sedangkan titik terendah Gurun Sahara, yakni cekungan Qattara Depression di wilayah Mesir dengan kedalaman 133 meter di bawah permukaan laut.

Banyak spesies tumbuhan dan hewan di Gurun Sahara. Mengutip World Wildlife Fund, sekitar 500 spesies tanaman, 70 spesies mamalia, 90 spesies burung dan 100 spesies reptil tersebar di seluruh Gurun Sahara. Banyak pula ditemukan berbagai macam spesies laba-laba, kalajengking, dan artropoda kecil lainnya yang hidup di Gurun Sahara.

Mata Biru sebutan formasi geologi Gurun Sahara. Mengutip Geology Science, formasi geologi ini kawah yang terbentuk ketika benda dari luar angkasa menabrak Bumi. Struktur dari Mata Biru ini terdiri atas batuan vulkanik, gabro, dan kimberlite yang strukturnya kubah berbentuk elips terkikis dengan diameter 40 kilometer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Unta merupakan salah satu hewan ikonik dari Gurun Sahara. Mengutip Live Science, meski nenek moyang unta berasal dari Amerika Utara, mamalia besar ini melakukan perjalanan ke Afrika melintasi Selat Bering antara 3 juta dan 5 juta tahun yang lalu. Selanjutnya, unta dijinakkan sekitar 3.000 tahun silam di Semenanjung Arab sebagai hewan transportasi.

Sepanjang tahun, suhu di Gurun Sahara rata-rata sekitar 20 derajat hingga 25 derajat Celsius. Melonjak hingga 49 Celcius pada musim panas pada siang. Turun ke minus 18 Celsius selama musim dingin pada malam hari.

Baca: Salju Selimuti Gurun Sahara dan Arab Saudi

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Gurun Sahara menjadi salah satu gurun terbesar ketiga di dunia setelah Antartika dan Arktik.

Terlebih, iklim Benua Afrika memang dikenal cukup ekstrem dan tentunya cuaca di Gurun Sahara tidak kalah ekstrem.

Penasaran dengan gurun yang satu ini? Apa saja yang ada di sana dan melintasi negara apa saja?

Simak ulasannya berikut ini, ya!

Baca Juga: Fakta Menarik tentang Danau Baikal, Danau Terdalam di Dunia

Gurun Sahara terletak di Afrika Utara, yang mencangkup sepertiga luas Afrika.

Luasnya mencapai 9.200.000 kilometer persegi atau setara dengan luas Cina dan Amerika Serikat, termasuk Alaska dan Hawaii.

Mengutip Live Science, Sahara berbatasan dengan Samudra Atlantik di barat, Laut Merah di timur, Laut Mediterania di utara, dan sabana Sahel di selatan.

Gurun Sahara memiliki berbagai fitur daratan, tetapi yang paling terkenal adalah padang pasir yang sering digambarkan dalam film.

Bukit pasir bisa mencapai hampir 600 kaki (183 meter), dan menutupi sekitar 25 persen dari seluruh gurun.

Fitur topografi di Gurun Sahara juga termasuk pegunungan, dataran tinggi, dataran berpasir dan kerikil, dataran garam, dan cekungan.

Meski sebagian besar wilayah merupakan gurun berpasir dan air menjadi sangat langka, Sahara memiliki dua sungai permanen (Nil dan Niger).

Selain itu, setidaknya terdapat 20 danau musiman dan akuifer besar, yang merupakan sumber utama air untuk lebih dari 90 oasis utama di gurun.

Sudah mulai terbayang seperti apa Gurun Sahara?

Tenang, masih ada beberapa fakta menarik lainnya tentang gurun pasir terluas ini.

Penduduk Gurun Sahara

Sekitar 2,5 juta orang menjadikan Gurun Sahara sebagai rumah mereka, sebagian besar berasal dari suku Berber atau Arab. Meskipun kondisi keras di gurun ini, sejumlah besar penduduk Sahara hidup di pemukiman permanen yang terletak di dekat sumber air yang langka namun sangat berharga. Mereka membangun kehidupan mereka di sekitar oase dan mata air yang dapat memberikan pasokan air yang vital untuk pertanian dan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, sebagian besar dari mereka mengadopsi gaya hidup nomaden, menjalani kehidupan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dengan kawanan domba, kambing, atau unta. Gaya hidup nomaden ini memberikan fleksibilitas bagi mereka untuk mencari sumber daya yang langka di tengah gurun yang keras. Mereka memanfaatkan kebijakan transhumance, yaitu perpindahan musiman hewan ternak mereka, untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang terbatas sambil tetap menjaga keberlanjutan sumber daya alam di Gurun Sahara. Gaya hidup ini mencerminkan adaptasi yang kuat terhadap kondisi ekstrem gurun dan tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad.

Memiliki suhu yang ekstrem

Sahara adalah gurun terpanas di dunia, yang dikenal dengan salah satu iklim paling keras di planet ini. Suhu rata-rata tahunannya mencapai 30°C pada siang hari, dan suhu tertinggi yang pernah tercatat mencapai luar biasa 58°C pada tahun 1922. Wilayah ini hanya menerima sedikit curah hujan, bahkan separuh dari Gurun Sahara di Afrika Utara mengalami kurang dari 1 inci hujan setiap tahunnya

Meskipun citra umum tentang Sahara adalah iklim yang selalu panas, kenyataannya suhu dapat turun drastis pada malam hari karena kekurangan kelembapan, mencapai titik terendah sekitar -6°C. Keadaan ini menciptakan kontras yang mencolok antara siang dan malam di gurun tersebut. Walaupun salju turun secara teratur di beberapa pegunungan di Sahara, fenomena ini tidak terjadi di wilayah lainnya dalam gurun yang luas ini. Suhu ekstrem dan kondisi kering menjadikan Sahara sebagai lingkungan yang menantang bagi kehidupan dan memberikan ciri khasnya sebagai gurun yang paling panas dan keras di dunia.

Gurun Sahara Pernah Berwarna 'Hijau'

Sekitar 11.000-5.000 tahun yang lalu, Gurun Sahara tidak seperti gurun yang kita kenal sekarang ini. Tumbuh-tumbuhan hijau tumbuh di atas bukit pasir. Gua-gua gersang yang meliputi Sahara berubah menjadi danau berkat peningkatan curah hujan.

Alhasil, wilayah Afrika Utara berubah menjadi hijau. Menarik hewan-hewan seperti kuda nil, antelope, gajah, dan auroch tinggal di situ. Periode ini disebut dengan Periode Lembab Afrika.

Periode Lembab Afrika disebabkan oleh rotasi orbit Bumi yang terus berubah di sekitar poros nya. Menurut Kathleen Johnson, seorang profesor sistem Bumi di University of California, Irvine, pola ini berlangsung setiap 23.000 tahun sekali.

Sahara Hijau terjadi karena kemiringan bumi berubah. Sekitar 8.000 tahun yang lalu, kemiringan Bumi mulai bergerak dari 24,1o dan hari ini menjadi 23,5o. Kemiringan itu membuat perbedaan besar.

Hal tersebut menyebabkan peningkatan radiasi matahari di belahan bumi utara selama bulan-bulan musim panas. Kenaikan radiasi matahari memperkuat angin monsun Afrika. Meningkatnya panas di atas Sahara, menciptakan tekanan udara rendah yang mengantarkan uap air dari Samudra Atlantik ke gurun tandus Sahara.

Uap air atau kelembaban yang meningkat ini mengubah Sahara yang sebelumnya berpasir menjadi padang rumput. Para ilmuwan mengatakan, fenomena ini sangat menarik sebab sangat tiba-tiba muncul dan menghilang.

Hanya butuh waktu 200 tahun untuk mengubah Sahara Hijau menjadi Sahara gersang yang kita kenal sekarang ini. Johnson menjelaskan, perubahan radiasi matahari akibat pergeseran Bumi terjadi secara bertahap, tetapi posisi lanskap Bumi berubah secara tiba-tiba.

"Ini adalah contoh perubahan iklim yang tiba-tiba pada skala besar," katanya dikutip dari situs Live Science, Senin (8/8/2022).